Alamat / Address
Jl. Raya Kedu Km. 02 Kalisat, Bulu, Temanggung
Jumat, 14 Februari 2025
08:00 - 16:00 WIB
Darurat / UGD

AROMA TERAPI LEMON: APLIKASI TERAPI KOMPLEMENTER DALAM DUNIA KEPERAWATAN

Terapi komplementer atau alternatif telah menjadi bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Terminologi komplementer merujuk pada sebuah aktivitas atau produk lain yang digunakan sebagai terapi ‘tambahan’ dalam terapi konvensional sehingga menghasilkan perawatan kesehatan terintegrasi [1]. Terapi komplementer juga disebut sebagai pengobatan holistik karena mampu mempengaruhi individu secara menyeluruh melalui integrasi pikiran, badan, dan jiwa dalam suatu kesatuan fungsi. Tujuan utama penggunaan terapi komplementer adalah untuk memperbaiki fungsi sistem tubuh [2], membantu meredakan gejala, dan meningkatkan kesejahteraan individu [3].

Pemanfaatan berbagai jenis terapi komplementer untuk tujuan kesehatan telah dikenal luas di seluruh dunia. National Center for Complementary and Integrative Health (NCCIH) memberikan klasifikasi mengenai jenis terapi komplementer dan integrasi praktiknya [1], sebagai berikut:

  1. Produk-Produk Alami

Jenis terapi yang menggunakan substansi dari alam, misal herbal (botani), vitamin, mineral, dan suplementasi diet probiotik

2. Aktivitas Tubuh dan Fikiran

Aktivitas praktik ini mencakup berbagai jenis terapi, yaitu chiropractic dan osteopathic manipulation, teknik pijat, meditasi, yoga, akupuntur, teknik relaksasi, teknik distraksi, terapi hipnotis, aroma terapi, terapi musik, dan terapi bergerak (misal Tai Chi)

3. Pendekatan Komplementer Lainnya

Praktik komplementer yang termasuk dalam kelompok ini yaitu Traditional Chinese Medicine (TCM), ayurvedic, pengobat tradisional, naturopathy, serta homeopathy.

Bahan herbal yang diperoleh dari organ tanaman, atau lebih dikenal sebagai minyak atsiri, dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, kecantikan, dan produk makanan. Berbagai jenis tanaman tertentu dapat menghasilkan minyak atsiri, baik diekstraksi dari bunga, daun, batang, akar, biji, getah, atau kulit tanaman [4]. Mayoritas minyak atsiri diperoleh melalui proses distilasi uap dari bahan tanaman tertentu sehingga menghasilkan zat konsentrat yang mengandung bahan kimia bermolekul rendah dan dapat larut dalam minyak. Hasil ekstraksi minyak atsiri ini memiliki kandungan kimia dan sifat terapeutik yang tidak selalu sama dengan bahan kimia tanaman secara keseluruhan [1].

Penggunaan tanaman herbal sebagai bahan baku terapi komplementer telah diaplikasikan luas dalam sistem pelayanan kesehatan, terutama keperawatan. World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan penggunaan obat tradisional dalam upaya pemeliharaan kesehatan, pencegahan, dan pengobatan penyakit. WHO juga telah menyatakan dukungan terhadap keamanan dan khasiat dari penggunaan ramuan herbal tersebut [2]. Koensoemardiyah (2009) mengemukakan bahwa aroma terapi merupakan salah satu metode pemanfaatan minyak atsiri untuk kepentingan kesehatan, baik fisik, mental, maupun spiritual [5]. Modalitas ini cocok digunakan dalam praktik keperawatan karena menggabungkan nilai-nilai terapeutik dari pengalaman sensoris pasien dan melibatkan sentuhan terapeutik dalam pemberian layanan kesehatan [1].

Aromaterapi umumnya digunakan bersamaan dengan praktik massage atau pemijatan, namun dapat juga digunakan melalui inhalasi atau sebagai vaporiser. Penggunaan minyak atsiri dalam aroma terapi menghasilkan perubahan aspek fisik dan psikologis pasien. Kandungan kimia dalam minyak atsiri dapat meningkatkan atau menurunkan aktivitas sistem syaraf, sehingga menyebabkan kondisi relaksasi maupun stimulasi. Efek yang dihasilkan tergantung pada pengalaman pribadi dan ketertarikan pasien, serta sifat kimia minyak atsiri yang digunakan. Pemanfaatan utama minyak atsiri dalam fasilitas pelayanan kesehatan adalah untuk mengatasi nyeri; meredakan gejala-gejala depresi, stres, gangguan tidur, atau ansietas [6]; dan mencegah atau mengatasi infeksi [1].

Tanaman herbal yang mengandung minyak atsiridansering digunakan dalam praktik aroma terapi yaitu: chamomile roman, eucalyptus, frankincense, ginger, lavender, lemon, mandarin, sweet orange, peppermint, rosemary, spearmint, serta tea tree [1]Minyak atsiri lemon merupakan hasil dari ekstraksi buah lemon, dan seringkali digunakan sebagai salah satu modalitas terapi komplementer secara inhalasi. Penggunaan minyak atsiri lemon dengan teknik inhalasi menghasilkan berbagai manfaat mereduksi stres; menekan pertambahan berat badan; menghambat pertumbuhan sel kanker prostat, paru-paru, dan payudara; sebagai antioksidan dan melindungi fungsi sel syaraf; meningkatkan konsentrasi, kinerja kognitif, daya ingat, dan suasana hati; sebagai pereda nyeri, mual, dan muntah; serta berfungsi sebagai antimikroba [7]. Mencermati manfaat dari minyak atsiri lemon, banyak penelitian telah dilakukan di Indonesia guna mengimplementasikan modalitas terapi ini, misal penelitian El Rahmayati dkk mengenai Pengaruh Aromaterapi Lemon terhadap Penurunan Skala Nyeri Pasien Post Operasi Laparatomi [5] dan penelitian Siti Fadlilah dkk mengenai Terapi Komplementer Kombinasi Rendam Kaki air Hangat dan Aroma terapi Lemon dalam Menurunkan Tekanan darah [8].

Perawat sebagai profesional kesehatan yang memberikan asuhan dalam upaya memenuhi kebutuhan pasien dan meningkatkan kemandirian pasien dalam merawat diri [9], perlu mengintegrasikan terapi komplementer dalam pelayanannya. Perawat memiliki peran penting dalam menghasilkan perawatan kesehatan yang terintegrasi melalui aktivitas sebagai: 1). Konselor, yaitu sebagai tempat bertanya, diskusi, dan konsultasi mengenai penggunaan terapi komplementer; 2). Pendidik, yaitu sebagai pemberi informasi kepada mahasiswa pendidikan keperawatan mengenai berbagai modalitas terapi komplementer; 3). Peneliti, yaitu melakukan kegiatan penelitian yang dikembangkan dari hasil evidence-based practice; 4). Pemberi asuhan, yaitu memberikan pelayanan langsung kepada pasien dengan mengintegrasikan terapi komplementer sebagai pendamping terapi medis konvensional; 5). Advokat, yaitu memenuhi permintaan kebutuhan terapi komplementer yang mungkin diberikan; dan 6). Koordinator, yaitu mendiskusikan dengan profesional kesehatan lain mengenai kebutuhan terapi komplementer untuk pasien [10] [2].

Luthfi Fauzy A.1 dan Nur Chayati2

1 Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2 Dosen Program Studi Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA

1.         Lindquist, R., M.F. Tracy, and M. Snyder, Complementary and Alternative Therapies in Nursing. 8th ed. 2018, New York: Springer Publishing.

2.         Wijaya, Y.A., et al., Konsep Terapi Komplementer Keperawatan. IKJ Universitas Brawijaya, 2022(13).

3.         Armstrong, M., et al., Aromatherapy, massage and reflexology: A systematic review and thematic synthesis of the perspectives from people with palliative care needs. Palliat Med, 2019. 33(7): p. 757-769.

4.         Liu, B., et al., Lemon Essential Oil Ameliorates Age-Associated Cognitive Dysfunction via Modulating Hippocampal Synaptic Density and Inhibiting Acetylcholinesterase. Aging, 2020. 12.

5.         Rahmayati, E., R. Hardiansyah, and Nurhayati, Pengaruh Aromaterapi Lemon terhadap Penurunan Nyeri Pasien Post Operasi Laparatomi. Jurnal Kesehatan, 2018. 9.

6.         Freeman, M., et al., Aromatherapy and Essential Oils: A Map of the Evidence. 2019, Health Services Research and Development Service, Office of Research and Development, Department of Veterans Affairs: Washington DC.

7.         Dosoky, N.S. and W.N. Setzer, Biological Activities and Safety of Citrus spp. Essential Oils. Int J Mol Sci, 2018. 19(7).

8.         Fadlilah, S., et al., Terapi Komplementer Kombinasi Rendam Kaki Air Hangat dan Aromaterapi Lemon dalam Menurunkan Tekanan Darah. Faletehan Health Journal, 2021. 8.

9.         Kementrian-Kesehatan-R.I, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2019, D.J. Perundang-Undangan, Editor. 2019, Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia: Jakarta. p. 41.

10.       Widyatuti, W., Terapi Komplementer Dalam Keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia, 2008. 12(1): p. 53-57.

Komentar
POLIKLINIK
DOKTER JAGA
DARURAT
STATISTIK
TESTIMONI